PANGANDARAN JAWA BARAT - Keputusan mengejutkan Bupati Pangandaran sekaligus Ketua DPC PDIP Pangandaran, Jeje Wiradinata, mencoret Dadang Solihat (Dadang Okta) dari pencalonan sebagai calon bupati/wakil bupati Pangandaran di Pilkada 2024 (sumber: deskjabar.pikiran-rakyat.com), telah menimbulkan spekulasi dan kehebohan.
Dadang Solihat, yang sebelumnya diandalkan dan diendorse oleh Jeje, tiba-tiba tersingkir dari rencana pencalonan partai. Langkah drastis ini mengundang berbagai analisis kritis tentang motif di balik keputusan tersebut dan dampaknya terhadap konstelasi politik di Pangandaran.
Fenomena ini bisa jadi mencerminkan kepanikan Jeje Wiradinata terhadap semakin menguatnya popularitas Ujang Endin indrawan, wakil bupati yang dikabarkan berselisih dengannya.
Menghadapi ancaman yang signifikan dari Ujang Endin, Jeje mungkin merasa perlu melakukan perubahan radikal dalam strateginya. Dadang Solihat, yang awalnya dianggap sebagai tokoh kuat yang mampu menandingi calon lain, termasuk Ujang Endin "Nampaknya tidak lagi dipandang cukup kompetitif untuk menjamin kemenangan PDIP",
Namun, ada pula yang melihat langkah ini sebagai manuver politik cerdik dari Jeje. Dengan mencoret Dadang Solihat yang mana Jeje mungkin sedang mengocok ulang kartu politiknya untuk mencari figur lain yang memiliki daya tarik lebih potensial di mata pemilih.
Langkah ini bisa dianggap sebagai strategi adaptif dalam menghadapi dinamika politik yang terus berubah, memastikan PDIP tetap dalam posisi kompetitif menjelang Pilkada.
Baca juga:
Tony Rosyid: Sepakat Dua Periode Saja!
|
Selain itu, pencoretan Dadang Solihat mungkin juga merupakan upaya untuk membuka kembali komunikasi dengan Ujang Endin. Mengingat Ujang Endin masih terdaftar sebagai calon bupati/wakil bupati dari PDIP, Jeje mungkin berusaha membangun kembali hubungan politik yang sempat retak. Jika berhasil mengajak Ujang Endin untuk rujuk, ini bisa menjadi kekuatan besar bagi PDIP dalam menghadapi Pilkada 2024.
Pertanyaan besar yang muncul adalah bagaimana sikap Ujang Endin terhadap ajakan rujuk ini, apakah tawaran perdamaian untuk bersatu kembali dengan Jeje di bawah bendera PDIP, ataukah ia akan tetap pada jalur politiknya sendiri terutama jika mendapat dukungan kuat dari partai lain seperti Gerindra?. Intinya, sikap Ujang Endin ini akan sangat menentukan peta politik di Pangandaran.
Di tengah-tengah ketidakpastian ini, ada kelompok masyarakat yang beroposisi terhadap kepemimpinan Jeje Wiradinata yang kini melihat Ujang Endin sebagai ikon perlawanan.
Jika Ujang Endin menolak ajakan rujuk dan memilih untuk memperkuat posisinya sebagai simbol oposisi, ini dapat memperkuat basis dukungannya dan mengubah dinamika politik di Pangandaran secara signifikan.
Jika Ujang Endin menerima ajakan rujuk, PDIP bisa mengkonsolidasikan kekuatan dan menghadapi Pilkada dengan lebih solid.
Namun, jika Ujang memilih untuk menolak dan terus maju dengan dukungan partai lain, Jeje harus menemukan strategi baru untuk mengatasi tantangan ini.
Apapun pilihan Ujang Endin, langkah Jeje mencoret Dadang Solihat menunjukkan bahwa persaingan politik di Pangandaran semakin sengit dan penuh intrik.
Kesimpulannya, keputusan Jeje Wiradinata mencoret Dadang Solihat dari pencalonan adalah langkah yang mengindikasikan ketidakpastian dan kompleksitas strategi politik yang sedang dimainkan.
Apakah ini adalah tanda kepanikan atau manuver cerdik, hanya waktu yang akan menjawabnya.
Yang pasti, Pilkada Pangandaran 2024 akan menjadi ajang pertarungan politik yang menarik untuk diikuti, dengan setiap gerakan dan keputusan yang dibuat oleh para tokoh utamanya menjadi sorotan publik.
Oleh: Tedi Yusnanda N ( Alőně Ľîsťlěss III ), Cibenda Corner, 22052024, pukul: 03.40 WIB